Jumat, 22 Agustus 2008

SURAT UNTUK AJI


"Ji, Ji...kesini!" panggil Pak Ustad dari kejauhan ketika melihat Aji pulang.

"Ya, Pak Ustad," jawab Aji sambil berlari menuju Pak Ustad.

"Ini ada surat buat kamu dari ibumu. Tadi dititipkan ke Mbok Siti yang baru pulang kampung."

"Alhamdulillah. Terima kasih, Pak Ustad. Assalamu'alaikum," kata Aji sambil mencium tangan Pak Ustad.


Aji segera menuju ke gubugnya. Setelah mencuci kaki dan tangannya, dia pun membuka amplop. Didalamnya terdapat selembar kertas sobekan buku tulis. Terdapat tulisan yang sangat dikenalnya.


Bantul, 17 Agustus 2008


Buat Aji Anakku Tercinta,


Assalamualaikum, Nak. Kamu baik-baik aja khan? Ibu dan Eyang Putri juga baik-baik aja disini.

Eyang Putri sudah bisa jalan sendiri walaupun masih pelan. Lumayan, sudah bisa mengurus diri sendiri. Hanya tangan kirinya yang masih belum bisa dipakai memegang. Luka di kepala juga sudah sembuh. Syukurlah, nenek hanya kejatuhan genting.


Sekarang kampung sini ramai lho, Ji. Semuanya senang tinggal di rumah bantuan pemerintah. Rumahnya bentuknya seperti batok kelapa. Katanya biar nggak rubuh lagi kalau ada gempa.


Tujuhbelasan disana bagaimana? Di sini ramai sekali. Ibu menang lomba masak nasi goreng lho, Ji. Lha wong tinggal masak karena bumbunya disediakan oleh panitia. Hadiahnya ceret. Bagus sekali. Eyang seneng nonton lomba, sampai-sampai pengennya nonton semua lomba. Tapi ibu nggak kasih, soalnya panas banget kalau siang. Paling sore-sore baru ibu antar sebentar ke lapangan.


Setelah eyang bisa ditinggal, ibu sekarang bantu cuci baju di rumah Bu Arto. Kamu inget khan Bu Arto. Itu lho yang bapaknya jadi guru STM. Sekarang udah pensiun. Pak Arto juga tinggal di sini. Beliau lebih betah tinggal di kampung katanya daripada harus ikut anak-anaknya ke kota besar. Padahal anak-anaknya sampai nangis-nangis waktu mengajak Ibu dan Pak Arto untuk pindah. Takut kali ya kalau gempa lagi. Bu Arto dan keluarganya baik sama ibu dan eyang. Selain digaji, ibu juga diberi beras 10 kg tiap bulan. Eyang juga sering dibelikan obat kalau sakit. Pokoknya baik deh Bu Arto dan keluarganya.


Kamu lebaran jadi pulang, Ji? Kalau belum punya uang nggak usah pulang dulu, ya. Ditabung dulu. Tahun depan kalau kamu sudah lulus SD baru pulang ke Bantul. Tabungannya buat masuk SMP dan modal jual koran.


Ya udah. Ibu bikin surat mumpung Mbok Siti pulang dan mampir ke rumah.


Baik-baik ya, Nak. Ingat sholat, baca Qur'an, baca doa dan rajin belajar. Ibu dan Eyang selalu mendoakanmu.


Wassalamu'alaikum,

Ibu


Mata Aji memerah. Air mata memenuhi pelupuk matanya. Hidungnya penuh berair. Kepalanya tertunduk.


Diambilnya foto orang tuanya. Dipandangnya wajah mereka. Wajah orang yang selalu dicintainya. Wajah orang yang selalu menyayanginya. Merekalah yang selalu diingatnya ketika segala macam rintangan menghadangnya. Bayangan merekalah yang menghangatkan tubuhnya ketika hujan menerpa tubuhnya. Bayangan merekalah yang memeluknya ketika segala macam penyakit menghantam tubuhnya. Bayangan merekalah yang mengobati luka-lukanya di sekujur tubuhnya ketika dirinya tertabrak ojek.


Aji tersenyum. Dibiarkannya air matanya membasahi pipinya. Doa dan kasih sayang orangtua dan Eyangnya akan selalu menemani hatinya. Semangat juang mereka akan selalu menegakkan dada dan kepalanya. Selalu...
DONGENG/CERITA GRATIS UNTUK ANAK INDONESIA
DIPERSILAKAN MENGAMBIL SEBAGIAN ATAU SELURUH IDE/ISI CERITA UNTUK KEPENTINGAN SOSIAL/NON KOMERSIAL