Kamis, 31 Juli 2008

Cici, Si Anak yang Pintar


Cici sedang sedih pagi itu. Hari itu adalah hari libur sekolah. Teman-temannya semuanya pergi piknik dengan keluarga masing-masing. Tapi dia tidak bisa kemana-mana karena bapaknya sedang mengikuti rapat pengurus RT di lingkungannya.


"Bu, aku bosan di rumah. Teman-temanku pergi semua. Ayo kita pergi juga dong, Bu," rengek Cici kepada ibunya.

"Sabar, Cici, ibu khan sudah bilang kalau kita harus menunggu bapak pulang dari rapat RT," kata ibunya.

"Uh, bapak. Bapak yang lain aja pergi jalan-jalan, masak bapak Cici aja yang rapat."

"Sabar, Cici. Sebentar lagi juga bapak pulang. Bapak khan pengurus RT, jadi harus rapat dulu. Main dulu aja sama adik," bujuk ibu.


Tak lama kemudian bapak pulang. Cici yang sedang bermain bersama adiknya segera berlari menyambut bapaknya.

"Hore...bapak pulang. Ayo, Pak, kita jalan-jalan," seru Cici.

"Baiklah, Cici. ayo kita jalan-jalan. Tapi kita berjalan kaki saja ya."

'Ya, Bapak. Teman-teman Cici pergi piknik semua, Pak. Ada yang ke pantai, ada yang ke pegunungan. Masak Cici cuma jalan kaki disekitar sini."

"Cici, Jalan-jalan disekitar rumah juga menyenangkan. Bapak mau perlihatkan sesuatu yang belum pernah Cici lihat. Nanti Cici pasti senang. Percayalah"


Akhirnya Cici mau berjalan kaki di sekitar rumahnya. Dengan mengenakan topi, kaos putih dan celana olah raga merah, Cici berjalan kaki bersama bapaknya.


Bapaknya mengajak berjalan ke arah pepohonan yang rindang di depan komplek perumahan Cici.

"Cici lihat. Di atas pohon ada rumput kering yang ditumpuk-tumpuk."

"Mana, Pak? Mana?"

"Itu, disebelah kiri."

"Oh, iya, Pak. Aku lihat. Kok ada tumpukan rumput kering di atas pohon ya, Pak?"

"Cici, itu sarang burung. Ibu dan bapak burung yang menumpuk dan menganyam rumput kering tersebut untuk mengerami telur. Lihat, ada burung di dalam sangkar. Itu pasti ibu burung yang sedang mengerami telurnya. Minggu depan kita kesini lagi. Kita lihat apakah sang anak burung sudah menetas dari telurnya."

"Oh....jadi burung itu keluar dari telur ya, Pak?"

'Iya, Cici. Burung berkembang biak dengan cara bertelur. Demikian juga ayam. Kamu khan suka telur ayam yang didadar."

"Iya, Pak. Aduh jadi lapar nih kalau inget telur dadar."

"Baiklah, kita beli makanan dan minuman di warung Bu Siti. Ayo kita kesana. Ada lagi yang ingin bapak perlihatkan kepada kamu."


Sambil berjalan menuju warung Bu Siti, bapak berhenti sebentar di depan sebuah selokan yang sangat bau. Banyak lalat dan nyamuk disekitar selokan itu.


"Bapak, kenapa berhenti disini? Khan bau," keluh Cici.

"Cici, bapak ingin memperlihatkan sesuatu kepada kamu. Lihat. Kalau burung membuat sarang di atas pohon, nyamuk membuat sarangnya di dalam air yang tergenang. Sedangkan lalat membuat sarangnya di sampah."

"Ih, jorok ya, Pak?"

"Iya, makanya jangan suka membuang sampah sembarangan, apalagi ke dalam selokan. Kalau selokan mampat karena banyak sampah, maka akan menjadi sarang nyamuk dan sarang lalat. Jadi banyak nyamuk dan lalat deh di situ."

"Ihh...aku nggak mau dekat-dekat dengan lalat dan nyamuk...jorokkk!!!"

"Iya, selain jorok juga banyak penyakitnya. Makanya jangan suka buang sampah sembarangan, ya"

"Iya, Pak. Aku akan selalu buang sampah di tempat sampah. Biar nggak banyak lalat dan nyamuk"

"Pintar kamu. Ayo sekarang kita ke warung Bu Siti. Kamu boleh pesan makanan dan minuman apa saja karena warung Bu Siti khan bersih dan murah."

"Asyikk..."


Hari itu Cici kembali riang.

Tidak ada komentar:

DONGENG/CERITA GRATIS UNTUK ANAK INDONESIA
DIPERSILAKAN MENGAMBIL SEBAGIAN ATAU SELURUH IDE/ISI CERITA UNTUK KEPENTINGAN SOSIAL/NON KOMERSIAL