Rabu, 13 Agustus 2008

Senangnya Belajar Matematika


"Huh, malas ah belajar...susah!!!" begitu keluh Budi setiap kali belajar matematika.


Bapak dan ibunya sudah kebingungan untuk mengajarkan matematika pada Budi. Bu Guru yang dipanggil ke rumah untuk memberi les matematika pun sudah menyerah untuk membujuk Budi agar giat belajar matematika.

"Sabar saja, Bu. Mungkin karena baru awal kelas 1, jadi Budi masih perlu waktu untuk belajar matematika," kata Bu Guru kepada orang tua Budi.


Liburan semeter ganjil tiba. Budi senang bukan kepalang karena tidak harus belajar. Dari pagi sampai sore dia bermain terus dengan teman-teman di lingkungan rumahnya.


Suatu hari, Budi bermain petak umpet dengan teman-temannya. pada giliran pertama, si Anto yang jaga. Anto berhitung sampai 30 dengan keras saat teman-temannya mencari tempat untuk bersembunyi.


Selanjutnya giliran Budi jaga.

"Ayo, Budi, hitung sampai 30 yang keras seperti Anto, ya," kata teman-temannya.

Budi diam saja. Dia malu mengatakan bahwa dirinya tidak bisa menghitung sampai 30. Budi hanya menutup matanya.

"Budi curang, tidak mau berhitung sampai 30. Ayo cepat hitung yang keras" kata teman-temanya.

Tapi Budi hanya menutup matanya. Dia sangat malu. Dan akhirnya Budi menangis.


Budi akhirnya berlari pulang. dia tidak mau teman-temannya tahu kalau dia tidak bisa berhitung.

"Hik...hik..." tangisnya ketika sampai di rumah.

"Kenapa, Budi? Kenapa kamu menangis? Berantem, ya?" tanya ibunya.

Tangis Budi makin keras. Baru setelah dipeluk ibunya, tangis Budi agak berhenti.


"Kenapa, Budi?" tanya ibunya dengan lembut.

"hik...Bu, aku mau belajar matematika lagi," kata Budi.

"Lho...memangnya kenapa. Ibu senang kamu mau belajar matematika lagi, tapi ceritakan dulu kenapa kamu menangis," bujuk ibu sambil tersenyum.

"Aku malu karena tidak bisa berhitung sampai 30 waktu jaga petak umpet."

"Oh..." kata ibunya sambil mengangguk-angguk.


Sejak itu, Budi rajin belajar, terutama matematika. Bapak dan ibunya sangat senang.


Satu bulan kemudian adalah hari ulang tahun Budi. Bapak dan ibunya merayakannya dengan mengadakan pesta di rumah. Semua teman-teman Budi di rumah diundang. Rumah Budi ramai sekali.


Setelah selesai makan dilanjutkan dengan acara bermain.

"Ayo, mau main apa, Budi?" tanya bapaknya.

"Petak umpet. Aku yang jaga," jawab Budi dengan cepat.

Budi segera menempelkan kepalanya ke dinding dan menutup matanya. Dengan keras dia mulai berhitung.

" Satu, dua, tiga....tiga puluh, tiga puluh satu, tiga puluh dua....seratus."


Budi membuka matanya dan tersenyum kepada bapak dan ibunya. Dia lalu mencari teman-temannya yang bersembunyi.



2 komentar:

Pritha Khalida mengatakan...

yup bisa banget membuat ortu memotivasi anaknya untk lbh menyukai matematika.
tapi namanya qo budi? kayak cnth nama di buku bhs indo cetakan th 90an,hehe..

Lolikitty mengatakan...

Thx, Sangat menginspirasi

DONGENG/CERITA GRATIS UNTUK ANAK INDONESIA
DIPERSILAKAN MENGAMBIL SEBAGIAN ATAU SELURUH IDE/ISI CERITA UNTUK KEPENTINGAN SOSIAL/NON KOMERSIAL